Investasi Energi Terbarukan Naik Hingga 60 Persen

Di antara berita muram dan skeptis tentang perubahan iklim, sebuah laporan terbaru dari Badan Lingkungan Hidup PBB (UNEP) memunculkan &quo... thumbnail 1 summary

Di antara berita muram dan skeptis tentang perubahan iklim, sebuah laporan terbaru dari Badan Lingkungan Hidup PBB (UNEP) memunculkan "angin segar" tentang peluang menciptakan ekonomi rendah karbon. Sejak Protokol Kyoto disepakati pada tahun 1997, upaya menekan laju emisi gas rumah kaca terus dikembangkan, dan salah satunya dengan menggalakkan sumber-sumber energi dari bahan bakar yang terbarukan
"Sektor industri energi terbarukan kini bukan lagi cuma sebagai alternatif sumber energi, tapi sudah bergerak menjadi salah satu arus utama pengembangan energi dunia, yang juga sejalan dengan upaya mengurangi emisi," kata Virginia Sonntag-O`Brien dari UNEP, di Nusa Dua, Sabtu lalu seperti diberitakan Antara .Menurut dia, energi terbarukan sudah menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan dengan laju kenaikan di sektor investasi antara 15-60 persen tahun ini. Selama 2007, investasi dunia untuk energi terbarukan mencapai US$100 miliar. Ini termasuk US$66 miliar investasi pada peningkatan kapasitas, pembangunan hidropower, pengembangan olahan sinar matahari, dan dana riset di sektor publik dan swasta. Data laporan UNEP tahun 2007 menunjukkan bahwa sektor energi angin menjadi sektor yang mendapat investasi terbesar di antara jenis energi terbarukan yang lain.Pertumbuhan energi angin naik 25-30 persen tiap tahunnya, dan menghasilkan listrik lebih dari 90 gigawatt - ini 11 kali lebih besar daripada kondisi 1997. Di sektor pembangkit listrik tenaga sinar matahari, pertumbuhannya tercatat sebesar 50-60 persen dan sekarang berhasil menyalurkan daya 8 gigawatt listrik. Energi hidropower dan biomass tercatat menghasilkan masing-masing 73 gigawatt dan 44 gigawatt per tahun, sedangkan energi panas bumi menyumbang 10 gigawatt. Bila digabungkan, energi terbarukan kini sanggup menyumbang 240 gigawatt listrik dari total kapasitas produksi listrik dunia 4.300 gigawatt.
Sementara itu, Badan Energi Internasional mencermati tren investasi riset dan pengembangan di sektor energi terus menurun dari 1982-2006, sehingga tidak seimbang lagi dengan besaran dampak fenomena perubahan iklim. "Pengeluaran pemerintah untuk bidang riset energi terus berkurang, sementara sektor swasta terlalu fokus kepada proyek-proyek yang keuntungannya jangka pendek," kata Direktur Eksekutif IEA, Nobuo Tanaka, Selasa lalu. Ia menjelaskan, penelitian dan pengembangan sektor energi alokasi terbesarnya adalah untuk bidang nuklir, diikuti bahan bakar fosil, bahan bakar terbarukan, dan efisiensi energi. "Energi yang terkait dengan emisi CO2 telah bertumbuh lebih cepat ketimbang antisipasi awal kita, bahkan ketika harganya merangkak naik." Masalah perubahan iklim, masih kata pria asal Jepang itu, adalah kecepatan mengambil langkah, "Tidak ada waktu lagi untuk disia-siakan. Kita harus implementasi sekarang juga." IEA juga mencermati saat ini sumber energi batubara harus diupayakan bisa seminim mungkin menghasilkan emisi karbon, salah satunya dengan teknologi CCS ("carbon capture and storage"). Teknologi ini membuat karbon tidak dilepaskan ke atmosfer. "Kita juga harus berpikir bahwa sektor energi bukanlah bagian dari masalah, justru efisiensi dan pengembangan teknologi energi adalah solusi buat perubahan iklim," kata Nobuo menambahkan.
Nobuo juga mengatakan, dengan menghemat konsumsi energi, emisi gas rumah yang bisa dicegah. "Efisiensi energi adalah opsi mitigasi perubahan iklim yang paling mungkin dilakukan, dan biayanya juga paling murah,"kata Nobuo menjelaskan tiga keuntungan melakukan penghematan konsumsi energi. "Keuntungan tiga kali lipat bisa dirasakan lewat upaya efisiensi energi, pertama adalah peningkatan kinerja ekonomi karena ongkos energinya lebih rendah,"katanya. Lalu di fase kedua, keuntungan efisiensi energi adalah memperkuat faktor keamanan pasokan energi. Alasannya risiko untuk tergantung dengan sumber energi impor bisa ditekan. Keuntungan ketiga, efisiensi energi membuat lingkungan hidup setempat dan internasional bisa lebih rendah emisi karbonnya, menyesuaikan kebutuhan energi yang diturunkan volumenya. Untuk melakukan efisiensi energi, IEA memandang hambatan yang muncul hanyalah soal implementasi. "Hambatan kita ada tiga; implementasi, implementasi, dan implementasi. Karena memang kita cuma butuhkan implementasi yang konsisten untuk mencapai efisiensi energi yang optimal."
Thonthowi Dj


Sumber :
http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=EKSPLORASI&rbrk=Drilling&id=27133